Kamis, 28 Mei 2009

Sepenggal Kisah Dijalan


Gilimanuk,27 mei 2009,
Perjalanan ini sangat panjang dan melelahkan. Aku gak yakin apakah ini mampu aku jalani dalam waktu lama. Aku hanya berusaha melakukan yang harusnya aku lakukan. Aku tidak berfikir apakah ini sepadan dengan apa yang aku terima. Aku sudah sangat bosan untuk menunjuk sana sini. Jika memang aku gak kuat,aku gak bisa lanjutkan. Sebenarnya aku hanya ingin sepenggal kalimat yang sejuk aku dengar. Pekerjaan ini sudah sangat menyita energi. Aku tidak mengeluh atau merasa kurang puas dengan apa yang telah aku terima. Aku tidak ingin disanjung, walau kenyataan aku sangat tidak pantas menerima sanjungan.
Setelah hampir 9 tahun aku menyusuri Bali,aku merasa sudah sangat letih. Sudah kangen dengan keadaan kampung halaman. Biasanya aku pulang 2 tahun sekali. Itupun hanya 2-3 hari dirumah. Karena harus diburu pekerjaan yang jadi tulang punggung hidupku diBali.
Sekarang aku hanya menginginkan bagaimana lebih lama berkumpul dirumah. Bersama istriku kelak. Mungkin orang akan berkata,"Sekalian aja berhenti kerja dan nikmati hidup di rumah". Tapi itu bukan juga yang aku inginkan. Karena orang-orang tidak mau mengerti apa yang kami mau.
Pekerjaan memang utama untuk menyambung hidup. Menafkahi keluarga. Tapi sepertinya tidak mungkin mereka akan mengerti. Seperti kisah salah seorang temanku,bagaimana dia meyakinkan sang BOS bahwa dia hanya mau cuti 2 minggu untuk menikah. Tapi sang BOS seperti memberi ultimatum,bahwa cuti selama itu sama saja berhenti kerja. Tidak ada yang mau mengalah. Dan akhirnya temanku berhenti dari pekerjaan tersebut. Temanku menyadari bahwa kerja ikut orang harus punya konsekuensi yang tinggi. Karena apapun jabatan kita,kita tetaplah bawahan. Harus pandai mengatur ritme waktu dan loyalitas. Kalau perlu pekerjaan kita adalah yang nomer satu. Tidak ada yang gampang dalam hidup ini. Semuanya tidak ada yang GRATIS. Zaman semakin berubah menuntut manusia lebih cerdas dalam bertindak. Bertindak sebagai manusia yang baik atau juga sebagai manusia yang jahat.
90% pikiran manusia diilhami dari yang buruk. Setelah itu direspon dan diurai menjadi sesuatu yang baik. Karena jarang sekali ada manusia antara perkataan bibir dan perkataan hati bisa sejalan.
Hal terbaik adalah bersikap diam. Itupun kalau manusia bisa menahan diri. Dan semuanya dikembalikan pada pribadi masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar