Minggu, 07 Juni 2009

Sebuah Petunjuk


Aku pernah mendengar dari seseorang bahwa kelemahan tidak harus berasal dari sesuatu yang rumit atau tragis. Tapi bisa terjadi ketika hal yang hebat bisa tercapai dan dilalui. Dengan kata lain ketika kita mampu menggapai ambisi yang sulit,disitulah seseorang akan merasa bangga dan merasa telah berhasil. Memang ketika sudah berada dipuncak,akan sangat mudah untuk menggelincirkan dan menjatuhkan dari puncak tersebut. Semakin tinggi berada diatas,semakin kencang angin yang menerpa. Tergantung apakah terbuat seperti ilalang rumput,ataukah terbuat dari tonggak kokoh seperti pohon Oak. Jika seperti pohon,dipastikan cepat tumbang. Jika seperti ilalang,secepat apapun angin terlalu sulit untuk mencabut ilalang dari akar-akarnya.

Keadaanku sebenarnya kurang baik. Jauh dari ulasan diatas. Kelemahanku terletak pada cara berfikirku sendiri. Aku terlalu mudah membayangkan sebuah hal yang terlampau jauh aku cari.
Terlalu banyak berfikir dan merenung. Tanpa menyadari bahwa hal tersebut hanya menyita waktu dan energi secara sia-sia. Aku harus mampu rileks dan tenang untuk menyikapi hal ini. Mungkin aku butuh liburan sesaat untuk mencari penyegaran. Dalam benakku sudah terlintas untuk memancing di sebuah danau,teluk atau telaga. Dengan harapan mampu mendinginkan otakku.

Mudah-mudahan saat mancing didanau tidak kutemukan ikan Hiu. Karena semestinya ikan itu tidak berada disana. Pemikiran yang aneh dan semakin nyeleneh.

Hari yang seharusnya aku jadikan untuk instropeksi diri.

Rabu, 03 Juni 2009

Semusim


Diantara banyak hal yang telah aku lakukan,ada banyak hal lainnya yang belum aku lakukan. Dan diantaranya hal-hal yang bijak dan baik. Kadang aku faham bahwa realita hidup ini tak semudah yang aku bayangkan. Aku bosan dengan keadaan seperti ini. Aku capek dengan kondisi ini. Aku ragu dengan situasi seperti ini. Apa yang aku mau? Aku tidak sepenuhnya tahu.
Jika aku diam maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Jika aku teruskan aku takut tidak akan mampu. Aku sudah lihat banyak sekali orang yang merasa kondisinya mendekati mujur. Nyaris mendekati. Dan itu orang-orang disekitarku. Orang-orang yang aku kenal. Hmmmm......................................
Ada seorang sahabat pernah bercerita. Dia optimis mampu melakukan hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh orang lain. Sahabatku berusaha membuktikan janjinya. Dan memang berhasil dia buktikan. Aku tahu karakter sahabatku. Dia seorang yang handal dibidangnya. Bicaranya pelan dengan sedikit kalimat. Seharusnya aku salut atau bangga. Tapi aku tidak begitu. Aku malah iri. Sekolahnya sama tingkatan. Cara bergaulnya tidak jauh berbeda. Hobi yang sama,memancing dan musik. Cara berfikir yang aku rasa juga seimbang. Aku beranggapan,yang membedakan adalah tekad dan semangat. Aku mempunyai kelemahan disitu. Dan itulah yang menjadi sebab akibat aku harus mempunyai pemikiran bahwa aku telah gagal dalam pekerjaan ini.
Bisa dibilang aku telah sembrono. Orang mungkin bisa menilai kalau aku lebih canggih dari orang lain. Tapi itu hanyalah sekedar hoby atau keinginan yang harus aku lakukan.
Ada sebuah pembenaran yang pernah aku baca. Untuk menemukan sebuah kebenaran dibutuhkan 2 orang. Satu orang mengatakan kejujuran dan satu orang mengiyakan. Dalam buku La Tahzan,ada banyak kebahagiaan timbul karena berawal dari kesedihan. Dan kesedihan itu bisa diselamatkan dengan membaca buku tersebut. Tidak juga benar. Tapi memang buku itu mampu meredam.
Akhirnya setelah sekian lama aku mampu menyelamatkan hati. Sebelum hancur berkeping-keping dan lebur menjadi abu. Tidak ada salahnya dari sebuah perkataan ini. "Jalani Hidup Tanpa Menoleh Kebelakang Dan Nikmati Hidup Setelah Sampai Didepan".